"SELAMAT DATANG DI YAYASAN INSIDI"

Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile

Selasa, Februari 08, 2011

Tidur Itu Harus Mimpi

Selasa, 8 September 2009 | 10:19 WIB

shutterstock.com
KOMPAS.com — Banyak orang mengeluh lelah meski baru bangun tidur. Mereka kurang tidur karena tidak tahu cara tidur yang benar. Padahal, tidur yang kurang dan buruk kualitasnya bisa menimbulkan banyak penyakit. Lalu, yang belum banyak diketahui adalah tidur itu ternyata harus bermimpi. Tidur mimpi ini rupanya punya kaitan dengan kecerdasan dan kemampuan berkonsentrasi.

Bermimpi itu penting. Rugi kalau orang tidur tanpa mimpi. Demikian diungkapkan dr Andreas Arman Prasadja, RPSGT, ahli tidur dari RS Mitra Kemayoran, Jakarta. Ada kalanya memang kita lupa pada mimpi yang terjadi saat tidur. Namun, tak sedikit orang yang mengingat dengan jelas mimpinya. Nah, kalau Anda mengingat mimpi Anda, cobalah catat.

"Ya sebagai bahan perenungan bagi kita. Selain juga berguna untuk pengembangan diri," ujar dokter yang mendapat sertifikasi sleep technologist dari Sydney University ini.

Emosi terpendam
Banyak seniman menghasilkan mahakarya dengan menuangkan isi mimpinya ke dalam tulisan, misalnya seperti Mary Shelley's Frankenstein. Dari mimpi pula seseorang bisa mendapatkan inspirasi untuk menjawab permasalahan yang sedang dihadapi.

Mimpi adalah perjalanan alam bawah sadar manusia ketika sedang beristirahat. Mimpi juga menjadi manifestasi atas segala emosi yang tidak bisa keluar ketika seseorang dalam kondisi sadar. Karena itu, sifat mimpi ini sangat personal.

Freud percaya bahwa mimpi adalah saluran pengaman bagi emosi-emosi terpendam yang tidak dapat diekspresikan di saat terjaga. Emosi atau perasaan-perasaan yang ditekan selama terjaga dapat dikeluarkan secara sehat lewat mimpi.

Mimpi yang oleh banyak peneliti disebut sleep mentation, misalnya, berhubungan erat dengan emosi. "Ini artinya kualitas mimpi dipengaruhi oleh keadaan emosi sebelum tidur," ucap dr Ade, sapaannya.

Seseorang yang sedang cemas sering bermimpi buruk hingga mengganggu proses tidur dan terbangun di tengah malam. Seseorang yang sering bermimpi buruk belum tentu menderita depresi atau cemas berlebih. Bisa saja ini akibat hobinya menonton film horor.

Yang perlu diperhatikan, tekan dr Ade, apa yang terjadi dalam mimpi yang bersifat aneh dan tidak nyata. Namun, emosi yang terjadi sungguh-sungguh nyata. Contohnya, jika bermimpi bertemu kekasih, ketika bangun, hati Anda akan berbunga-bunga. Sebaliknya, jika mimpi bertemu teroris, saat bangun, jantung masih berdebar-debar.

Konsolidasi ingatan
Dari pemeriksaan tidur diketahui bahwa mimpi berasal dari bagian otak yang disebut pons yang berada di dasar otak. Dari sana gelombang otak menyebar ke beberapa bagian otak.

Yang menarik, dari pemeriksaan dijumpai bahwa bagian otak yang diaktifkan untuk mengerjakan suatu tugas selama terjaga diaktifkan kembali saat mimpi. Ini artinya, tidur mimpi berperan dalam konsolidasi memori.

Proses konsolidasi memori ini terjadi secara selektif selama tidur. Hobson dan rekan-rekan menyimpulkan bahwa tidur rapid eye movement (REM)—atau mata bergerak-gerak cepat dalam kondisi terpejam—berperan dalam konsolidasi memori atau ingatan visual dan emosional. Sementara tidur non-REM lebih pada pikiran-pikiran tanpa visualisasi.

Guna mengetahui seseorang bermimpi atau tidak, dilakukan perekaman EEG saat tidur. Ketika subyek penelitian berada di fase tidur REM dan dia dibangunkan, umumnya ia akan ingat kalau sedang bermimpi. Sementara itu, kalau seseorang dibangunkan pada tahap tidur lain, ingatannya tentang mimpi tidak begitu baik.

Tidak seperti janin yang 100 persen tidurnya berada dalam fase REM maupun bayi baru lahir yang 50 persen tidurnya ada di fase REM, orang dewasa fase REM-nya hanya 20-25 persen. Tidur di fase REM ini memang sangat penting bagi tumbuh kembang bayi dan anak. Sebab di saat tidur, hormon pertumbuhan penting akan dikeluarkan.  

Fase REM juga penting bagi orang dewasa. Sedemikian pentingnya fase REM itu sehingga ketika seseorang sedang kurang tidur dan kemudian tidur, otak langsung masuk ke tahap tidur R, tanpa melewati arsitektur tidur semestinya. Kondisi ini disebut SOREM atau sleep onset REM.  

"Keadaan ini pula yang menjelaskan terjadinya sleep paralysis atau kelumpuhan saat tidur yang di Indonesia dikenal sebagai tindihan," papar dr Ade. Karena itu, kecukupan jumlah tidur harus terjaga.    

Bugar saat bangun
Tidur yang bermutu ditandai rasa segar dan bugar ketika bangun. Jika yang terjadi sebaliknya, Anda merasa loyo saat bangun di pagi hari atau mengantuk seharian meski sudah merasa cukup tidur, itu menjadi pertanda bahwa tidur Anda tidak bermutu.

Cara untuk menilai tidur Anda cukup dan berkualitas atau tidak adalah dengan melihat kesehatan kulit. "Orang yang tidur cukup dan berkualitas kulitnya lebih bagus karena proses regenerasi sel berjalan dengan baik," ujar lulusan FK Universitas Atmajaya ini.

Daya tahan tubuh akan bekerja dengan baik dan meningkat bila kita cukup tidur.
Rata-rata waktu tidur yang dibutuhkan orang dewasa sekitar 8 jam per hari. Kalau jumlah ini tidak dipenuhi, setiap kekurangan waktu tidur akan menjadi utang. Namanya utang, tentu akan menjadi beban bagi tubuh. Untuk melunasinya bisa dengan menyiasati waktu tidur.

Karena itu, menurut dr Ade, lumrah saja jika orang tertidur di kereta, bus, atau kendaraan lain. Itu artinya, mereka memanfaatkan waktu dengan baik untuk tidur. dr Ade juga sangat menyarankan orang dewasa untuk tidur siang.

"Tidur siang bagi orang dewasa itu normal. Cukup 15 menit. Itu sudah bisa mencapai satu siklus tidur sehingga ketika bangun tubuh terasa lebih segar," katanya.

(GHS/Diana Yunita Sari)

Tidak ada komentar: