"SELAMAT DATANG DI YAYASAN INSIDI"

Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile

Selasa, September 28, 2010

Reformasi diri satu jalan keluar dari stress dan depresi

REFORMASI DIRI  OBAT STRESS DAN DEPRESI

Hal-hal  Depresi:
  • Hanya mencari-cari tips, saran atau teknik yang jitu untuk mengatasi depresi.
  • Tidak percaya, menolak atau skeptis terhadap saran, pendapat, atau bantuan orang lain. 
  • Ini adalah bentuk padanan yang ekstrim dari yang pertama. Menutup diri, menutup-nutupi masalah, menjauhi orang kerapkali justru akan membuat semakin depressed dengan keadaan.
  • Hanya menyalahkan keadaan atau orang. Mungkin saja yang membuat depresi itu adalah keadaan atau orang lain.   
  • Tetapi akan malah berbahaya kalau yang diingat dan yang dilakukan adalah hanya mengutuk keadaan dan mengutuk orang lain. Harus ada inisiatif dari dalam diri untuk mengobati diri sendiri.
  • Kurang kreatif dalam menemukan solusi atau terlalu taat pada rutinitas yang biasa-biasa saja. 

  • Tiga jenis  aktifitas : 
  1. aktivitas positif yang wajib; 
  2. Aktivitas yang untuk fun atau pleasureable; 
  3. Aktivitas untuk menabur kebajikan pada orang lain seperti membantu atau menyambung hubungan.
  • Membiarkan munculnya definisi diri negative, (missalnya saja saya sudah tidak punya apa-apa lagi, saya muak melihat diri saya, hidup saya sudah hancur dan tidak bias diperbaiki lagi, dan seterusnya). 
  •  Jika ini terus berlanjut akan mempersulit upaya recovery (bangkit).
  • Menolak realitas dengan cara yang merugikan. Realitas itu kalau ditolak dengan tujuan menolak yang asal menolak (denial) akan memperparah pertengkaran yang membuat depresi itu makin mencengkram. 
  • Tetapi bila diterima dengan pasrah dan kalah (larut dan hanyut), ini juga tidak menyembuhkan. Yang diharapkan adalah menerima untu memperbaiki. 
  • Seperti yang ditulis Dr. Felice Leonardo Buscagila “Trauma yang abadi adalah penderitaan yang tidak diikuti dengan perbaikan”.
  • Menganut paham perfeksionis (perfectionism) yang tidak rasional. 
  • Dari pengalaman sejumlah ahli dalam menangani penderita depresi, konon yang menghambat upaya recovery adalah ketika seseorang berpikir bahwa dia harus bebas dari depresi seketika itu dan langsung, tidak usah repot-repot. 
  • Mengatasi depresi butuh proses yang berkelanjutan, dan jika ditentang proses itu bukan malah cepat tetapi malah semakin lama.
Reformasi diri :

1. Membangun Citra Diri Positif

Citra diri berasal dari bagaimana menyimpulkan diri sendiri atau beropini tentang diri sendiri. 

Yang membuahkan citra positif, tiga hal: 
  • Menciptakan definisi, opini atau kesimpulan yang positif;
  • Melawan munculnya opini, definisi atau kesimpulan negatif dengan cara menghentikan, mengganti atau membatalkan;
  • Menciptakan alasan-alasan faktual, bukti nyata untuk mendukung kesimpulan positif yang diciptakan.
  1.  hidup memang masih bermakna (untuk diri sendiri dan orang lain). Kesimpulan ini lebih positif daripada punya kesimpulan yang sebaliknya. 
  2. Tetapi jika yang dilakukan hanya sebatas merasa atau menyimpulkan (tanpa diiringi dengan perbuatan dan hasil atau pembuktian bertahap), lama kelamaan kesimpulan ini akan kalah oleh fakta yang ada tentang diri. 
  3. Jangan pernah berpikir bahwa perbaikan diri itu bisa ditempuh dengan cara tidak melakukan sesuatu, It’s a wrong, Forget it.

2. Menjalankan Agenda Perbaikan Berkelanjutan yang Realistis

  • Kesalahan saat terkena depresi adalah hanya merasakan bagaimana depresi itu tetapi kurang berpikir tentang apa saja yang masih bisa dilakukan untuk memperbaiki diri di masa depan. 

  • Tenggelam ke dalam masa lalu yang buruk dan lupa mengimajinasikan masa depan yang lebih bagus. 
  • Padahal, masa lalu itu sudah tidak bisa diubah, masa depan itu masih open. 
  • Agar ini tidak terjadi, dapat memilih agenda perbaikan di bawah ini: 
  1. Merencanakan program atau jadwal tentang apa yang perlu dilakukan dan apa yang perlu dihindari agar hidup menjadi lebih bagus di hari esok; 
  2. Mencanangkan target yang bena-benar ingin diraih sebagai bukti adanya perbaikan dalam diri, misalnya mendapatkan pekerjaan, mendapatkan orang yang lebih bagus, mendapatkan tempat yang lebih bagus, dan seterusnya; 
  3. Merumuskan tujuan jangka pendek atau panjang yang ingin diwujudkan, seperti misalnya menyelesaikan kuliah, meningkatkan penguasaan bidang, menambah pengetahuan atau skill, dan lain-lain.
  • Hindari membuat program atau target yang mengkhayal atau hanya berfantasi atau terlalu tinggi sehingga tidak bisa dilakukan dan tidak bisa diraih.

3. Menggunakan Ketidakpuasan

  • Saat depresi, pasti tidak puas dengan hidup. Ini bisa positif dan bisa negatif, tergantung bagaimana menggunakannya. 
  • Supaya bisa positif, salah satu caranya adalah dengan menggunakan ketidakpuasan itu sebagai dorongan/motivasi untuk melakukan sesuatu (menjalankan program, meraih target atau tujuan), bisa menggunakan ketidakpuasan atas masa lalu dan hari ini sebagai pemacu untuk memperbaiki atau mengubah hari esok. 
  • Jika pimpinan sering memarahi karena kinerja tidak sesuai dengan yang diinginkannya dan membuat anggota depresi, jadikan itu sebagai motivasi untuk berubah menjadi lebih baik, melakukan perbaikan kinerja dengan mencari kesalahan-kesalahan yang ada, memperbaiki skill, membangun karakter yang lebih positif, dan seterusnya. 
  • Ini jauh lebih positif ketimbang hanya merasakan depresi, mengasihani diri sendiri dan menyalahkan orang lain.

4. Memperbaiki / Memperluas Hubungan

  • Hubungan dengan diri sendiri, antara lain: kontrol diri, meditasi, dialog diri, dan lain-lain. 
  • Memperbaiki hubungan dengan diri sendiri akan membuat cepat mengontrol atau menarik diri dari keadaan yang tidak menguntungkan. 
  • sadar bahwa sedang depresi dan sadar bahwa harus segera mengambil tindakan, tentu ini akan beda persoalannya; Hubungan dengan orang lain. 
  • Memperbaiki hubungan dengan dengan manusia akan membantu usaha yang dilakukan dalam mengatasi depresi.
  • Tetapi harus ingat bahwa manusia itu bisa digolongkan menjadi dua, yaitu: 
  1. sumber depresi,
  2. bantuan solusi atas depresi. Yang dibutuhkan (sebanyak-banyaknya)  Jangan sampai menjauhi semua manusia, trauma kepada semua manusia atau tidak percaya pada semua manusia; Hubungan dengan Tuhan (meningkatkan iman). 
  3. Caranya dengan menjalankan ajaran agama (formal dan non-formal) sampai benar-benar merasa dan meyakini ada semacam kebersamaan. 
  4. Kebersamaan di sini bukan kebersamaan yang halusinasi (tidak berdasar dan tidak berefek), tetapi kebersamaan yang mendorong untuk melakukan hal positif dan menghindari hal negatif. 
  5. Kebersamaan seperti ini akan memperkuat dan mencerahkan.

5. Mengganti Paham Perfection Menjadi Excelence

  • Dengan bahasa yang sederhana dapat dijelaskan bahwa perfection adalah menuntut kesempurnaan (dari orang lain, dari diri sendiri, dan dari dunia ini). 
  • Sementara, excellence adalah mengusahakan kesempurnaan secara bertahap, perbaikan berkelanjutan. Perfection lebih dekat pada keyakinan yang tidak rasional. 
  • Keyakinan seperti ini lebih mudah terkena depresi pada saat ingin mengatasi depresi, misalnya saja tidak mau gagal lagi (kemungkinan untuk gagal itu selalu ada), anti toleransi terhadap kelemahan orang lain (semua orang punya kelemahan), dan seterusnya.


  • Menurut Susan Dunn, MA, (When Perfect Isn’t Good Enough, www.selfgrowth.com), 
Perfeksionis dapat mengakibatkan: 
  • isolasi diri; 
  • menjadi orang yang takut menghadapi resiko hidup; 
  • kesulitan dalam membuat keputusan atau sasaran hidup yang tepat; 
  • kesalahan dalam menilai diri (overestimate); 
  • menjadi orang kerdil yang sulit mempercayai orang lain.

Tidak ada komentar: