"SELAMAT DATANG DI YAYASAN INSIDI"

Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile

Jumat, Januari 14, 2011

Misteri Cinta Ir. Sukarno

Oleh : Dito Anurogo, S.ked.
“Keinginan akan cinta kasih telah menjadi suatu kekuatan
pendorong dalam hidupku.”
Sukarno


KabarIndonesia - Misteri cinta (baca: “kisah cinta”)
 

Sukarno memang menarik untuk diikuti. Selain karena beliau berjiwa
romantis, beliau juga seorang yang amat mengagumi dan menghormati
keindahan salah satu makhluk Tuhan yang bernama: wanita. Berikut ini
akan diceritakan secara singkat namun padat, lika-liku kisah cinta
Sukarno, yang masih amat jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia.

Cinta Sarinah kepada Sukarno
Sarinah adalah seorang gadis pembantu yang ikut
membesarkan Sukarno. Diceritakan Sukarno dalam “Sukarno, An
Autobiography as Told to Cindy Adams” sebagai berikut:

Sarinah adalah bagian dari rumah-tangga kami. Tidak
kawin. Bagi kami dia seorang anggota keluarga kami. Dia tidur dengan
kami, tinggal dengan kami, memakan apa yang kami makan, akan tetapi
ia tidak mendapat gaji sepeser pun. Dialah yang mengajarku untuk
mengenal cinta-kasih. Aku tidak menyinggung pengertian jasmaniahnya
bila aku menyebut itu. Sarinah mengajarku untuk mencintai rakyat.
Massa rakyat, rakyat jelata. Selagi ia memasak di gubuk kecil dekat
rumah, aku duduk di sampingnya dan kemudian ia berpidato, “Karno
pertama engkau harus mencintai ibumu. Akan tetapi kemudian kau harus
mencintai pula rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia
umumnya.” Sarinah adalah nama yang biasa. Akan tetapi Sarinah yang
ini bukanlah wanita yang biasa. Ia adalah satu kekuasaan yang paling
besar dalam hidupku.


Cinta Sukarno kepada Gadis Belanda
  • Kisah cinta Sukarno dimulai ketika berusia 14 tahun.
Saat itu, beliau jatuh cinta pada Rika Meelhuysen. Dialah gadis
Belanda yang pertama kali dipacari oleh Sukarno. Gadis ini pulalah
yang pertama kali dicium oleh Sukarno! Sebab kecintaannya yang
begitu besar, Sukarno sampai rela membawakan buku-buku Rika. Tidak
hanya itu, Sukarno juga dengan sengaja sering berjalan di depan
rumah Rika agar dapat melihat wajah “bidadarinya” itu.


Selain Rika, Sukarno juga pernah menjalin tali kasih
dengan Pauline Gobee, Laura, dan Mien Hessels. Saat Mien Hessels
hadir dalam kehidupan Sukarno, maka hilanglah memori Sukarno
terhadap semua gadis Belanda yang dulu pernah dicintainya. Saat itu,
hanya Mien Hessels bidadari yang mampu menguasai hati seorang
Sukarno kecil yang baru berusia 18 tahun.

Keinginan yang begitu kuat dari dalam diri Sukarno telah
membuatnya berniat untuk menikahi Mien Hessels. 


Dengan mengenakan
pakaian terbaik dan bersepatu, Sukarno memberanikan diri menghadap
tuan Hessels untuk melamar Mien Hessels, putrinya.

“Tuan… kalau tuan tidak berkeberatan, saya ingin minta
anak tuan ….” kata Sukarno. “Kamu? Inlander kotor, seperti kamu?”
sembur tuan Hessels, “Kenapa kamu berani-beraninya mendekati anakku?
Keluar, kamu…binatang kotor!!! Keluar !!!”

Sakit hati Sukarno mendengar perkataan tuan Hessels.
 

Suatu caci-maki yang 23 tahun kemudian, yaitu tahun 1942, disyukuri
Sukarno, saat ia secara tak sengaja bertemu Mien Hessels yang sudah
berubah layaknya tukang sihir; tua, gemuk, jelek, kotor, dan
badannya tidak terpelihara dengan baik.


“Kisah Cinta” dan Jiwa Romantis Sukarno
Di dalam buku “Bung Karno: Perginya seorang Kekasih,
Suamiku, dan Kebanggaanku” diceritakan tentang “kisah cinta” Bung
Karno dengan Yurike Sanger, Kartini Manoppo, Baby Huwae (Lukita
Purnamasari) , Inggit, Fatmawati, Haryati, Utari, Ratna Sari Dewi.
 

Sifat romantis Bung Karno tampak pada salah satu surat cinta yang
ditujukan untuk Yurike Sanger:

Yury,
I came to you today, but you were out (to Wisma Shell?)
I came only to say “I love you”.

Yours
Sukarno

Cinta Sukarno kepada Rakyat dan Bangsa Indonesia
“Ir.Sukarno, ijazah ini dapat robek dan hancur menjadi
abu di satu saat. Ia tidak kekal. Ingatlah bahwa satu-satunya
kekuatan yang bisa hidup terus dan kekal adalah krakter dari
seseorang. Ia akan tetap hidup dalam hati rakyat, sekalipun sesudah
mati.”
 

Begitulah pesan Presiden Universitas Sekolah Tinggi
Teknik kepada Sukarno saat diwisuda dengan gelar “Ingenieur” pada
tanggal 25 Mei 1926.


Cinta Sukarno kepada rakyat Indonesia dibuktikan salah
satunya dengan ajaran “Marhaenisme” . Ide ini bersinar dalam diri
Sukarno saat ia berusia 20 tahun. Datangnya ide ini adalah ketika
Sukarno bertemu dengan Marhaen, seorang petani muda yang ditemuinya
saat mengayuh sepeda tanpa tujuan di bagian selatan kota Bandung.
 

Kemudian pada malam harinya Sukarno memberikan indoktrinasi kepada
sekumpulan pemuda,

“Petani-petani kita mengusahakan bidang tanah yang
sangat kecil sekali. Mereka adalah korban dari sistem feodal, dimana
pada mulanya petani pertama diperas oleh bangsawan yang pertama dan
seterusnya sampai ke anak-cucunya selama berabad-abad. Rakyat yang
bukan petani pun menjadi korban daripada imperialisme perdagangan
Belanda, karena nenek-moyangnya telah dipaksa untuk hanya bergerak
di bidang usaha yang kecil sekedar bisa memperpanjang hidupnya.
 

Rakyat yang menjadi korban ini, yang meliputi hampir seluruh
penduduk Indonesia, adalah Marhaen.”


Pengabdian Sukarno kepada manusia juga tampak dalam
tulisannya tertanggal 23 Oktober 1946 berikut ini:

Orang tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dengan tidak
mengabdi kepada sesama manusia. tuhan bersemayam di gubuknya si
miskin.

Tentang cinta Sukarno kepada bangsa Indonesia jelas
terlihat dari pidato-pidato Sukarno berikut ini,

“Sungguh Tuhan hanya memberi hidup satu kepadaku, tidak
ada manusia mempunyai hidup dua atau hidup tiga. tetapi hidup
satunya akan kuberikan, insya Allah subhanahuwata’ ala, seratus
persen kepada pembangunan tanah air dan bangsa. 


Dan … dan jikalau
aku misalnya diberikan dua hidup oleh Tuhan, dua hidup ini pun akan
kupersembahkan kepada tanah air dan bangsa. Maka aku minta kepada
kita sekalian, marilah kita sekalian bersama-sama mengabdi kepada
tanah air dan bangsa ini. Inilah amanatku kepadamu sekalian.
Terimakasih. “
 

(Pidato Bung Karno di KBRI USA, tahun 1956)
“Ayo bangsa Indonesia dengan jiwa yang berseri-seri,
mari berjalan terus, jangan berhenti. Revolusimu belum selesai.
Jangan berhenti, sebab siapa yang berhenti akan diseret oleh
sejarah, dan siapa yang menentang sorak dan arahnya sejarah, tidak
peduli dia bangsa apapun, dia akan digiling, digilas oleh
sejarah… “
 

(Pidato Bung Karno pada HUT RI tahun 1953)
Nasionalisme Sukarno
Sukarno merupakan seorang nasionalis sejati.
Nasionalisme Sukarno jelas terlihat dalam tulisan-tulisannya berikut
ini,

“Nasionalisme yang sejati, nasionalismenya itu bukan
semata-mata copie atas tiruan dari Nasionalisme barat, akan tetapi
timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan. “

“Bangsa atau rakyat adalah satu jiwa. jangan kita kira
seperti kursi-kursi yang dijajarkan. nah, oleh karena bangsa atau
rakyat adalah satu jiwa, maka kita pada waktu memikirkan dasar
statis atau dasar dinamis bagi bangsa, tidak boleh mencari hal-hal
diluar jiwa rakyat itu sendiri.”

Pesan Sukarno kepada Pemuda Indonesia
“Engkau hai pemuda pemudi yang ada disini, sedang
mengerjakan investment. Kerjakanlah pekerjaanmu dengan sebaik-
baiknya. Kerjakanlah sebaik-baiknya oleh karena apa yang kau kejar
sekarang ini ialah ilmu, dan ilmu itu bukan untukmu sendiri, tetapi
ialah untuk anak cucumu, untuk bangsa Indonesia, untuk rakyat
Indonesia, untuk tanah air Indonesia, untuk negara Republik
Indonesia … semuanya menunggu-nunggu akan kedatanganmu kembali
agar supaya kamu nanti dapat memberi sumbangan kepada pembangunan
tanah air dan bangsa.”
 

(Pidato Bung Karno di depan mahasiswa Indonesia di
Amerika Serikat, tahun 1956)

“Berjuanglah, berusaha, membanting tulang, memeras
keringat, mengulur-ulurkan tenaga, aktif, dinamis, meraung
menggeledek, mengguntur, dan selalu sungguh-sungguh, tanpa
kemunafikan, ikhlas berkorban untuk cita-cita yang tinggi.”
 

(Pidato Bung Karno tanggal 17 Agustus 1964)
“Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil
nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanya
bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat
berdiri dengan kuatnya.”
 

(Pidato Bung Karno tanggal 17 Agustus 1945)
Sebenarnya, masih banyak bentuk cinta Sukarno lainnya
yang takkan habis untuk dikaji atau dipelajari oleh generasi masa
kini. Masih mengingat pesan Sukarno, “Jangan Sekali-kali
Meninggalkan Sejarah !!! Never Leave History !!!” sebaiknya generasi
muda tetap mengingat, mengenang, dan mempelajari sejarah sekaligus
meneladani semangat juang para pahlawan bangsa ini.


Sumber: [www.kabarindonesia .com] 06-Jun-2008, 13:28:36 WIB - 
kapasmerah.wordpress.com/2008/06/07/misteri-cinta-ir-sukarno/

Tidak ada komentar: