Dari sudut pandang ‘keseimbangan’. Metabolisme tubuh tak bisa selamanya dipertahankan di dalam. Ibarat mesin, harus ada asap knalpot atau oli yang diganti. Begitu juga dengnan kentut. Ketika seseorang tidak bisa kentut, sebenarnya dia punya persoalan dengan metabolisme tubuhnya. Kasarnya, ada yang tidak beres dengan system pencernaan [dan pengeluaran] pada tubuhnya. Artinya juga, dia tidak punya keseimbangan ‘pemasukan’ [makanan] dan ‘pengeluaran’ [proses metabolisme
Banyak referensi yang menunjukkan fakta bahwa dengan kentut, justru menunjukkan bahwa proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh kita masih berjalan dengan normal. Gas kentut disebut flatus.
Campuran gas yang dikeluarkan tubuh saat kentut, dihasilkan oleh proses pencernaan. Gas ini tidak dibutuhkan oleh tubuh, karenanya tubuh kita memiliki mekanisme alami untuk mengeluarkannya, yaitu melalui anus. Utamanya, kentut kita terdiri dari gas-gas tidak berbau. Sebagian besar terdiri dari Nitrogen, yaitu unsur utama yang terdapat dalam udara. Lalu kentut juga terdiri dari karbondioksida, yang lebih banyak kuantitasnya pada orang-orang yang gemar mengkonsumsi minuman berkarbonasi (soda). Selain itu, kentut terdiri dari beberapa gas yang mudah terbakar seperti gas metana dan hidrogen. Makanya gas flatus yang baru dikeluarkan memang bisa dibakar, meskipun enggak semua orang selalu menghasilkan flatus yang mengandung metana.
Bau yang enggak enak dari flatus, kebanyakan adalah hasil dari proses pencernaan makanan di dalam tubuh. Biasanya bau tersebut dihasilkan asam lemak dari makanan, atau juga sulfur hasil pemecahan protein dalam proses pencernaan. Bau tak sedap juga sering dihasilkan oleh microflora bakteri dan atau karena keberadaan faeces di dalam rektum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar