"SELAMAT DATANG DI YAYASAN INSIDI"

Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile Click to get cool Animations for your MySpace profile

Senin, Oktober 04, 2010

sinkretisme

Sinkretisme adalah upaya untuk penyesuaian pertentangan perbedaan kepercayaan, sementara sering dalam praktek berbagai aliran berpikir. 
  • Istilah ini bisa mengacu kepada upaya untuk bergabung dan melakukan sebuah analogi atas beberapa ciri-ciri tradisi, terutama dalam teologi dan mitologi agama, dan dengan demikian menegaskan sebuah kesatuan pendekatan yang melandasi memungkinkan untuk berlaku inklusif pada agama lain.
  • Sinkretisme juga terjadi umumnya di sastra, musik, memperwakilkan seni dan lain ekspresi budaya. (Bandingkan konsep ekslektikisme.) 
  •  Sinkretisme mungkin terjadi di arsitektur, sinkretik politik, meskipun dalam istilah klasifikasi politik memiliki arti sedikit berbeda.
  • Sinkretisme adalah suatu istilah yang menunjukkan faham yang sangat mencolok mewarnai kebudayaan dunia lebih-lebih menjelang berakhirnya abad ke-20 ini, soalnya dalam segala bidang sinkretisme sudah menanamkan pengaruhnya.
  • Menggunakan kriteria tiga gelombangnya Alvin Toffler1 , kita dapat melihat bahwa pada Era Agraris Small is Beautiful.
  • Pada Era Industri (AD 1700-1960) kita melihat adanya kecenderungan pluralisme yang kuat dimana terjadi proses akulturasi karena berkembangnya budaya-budaya kota industri yang cenderung menggugurkan homogenitas era agraris dan menggantikannya dengan heterogenitas era industri. 
  • Konsep paguyuban yang tertutup berubah menjadi patembayan yang terbuka. 2 Situasi kemasyarakatan dan budaya demikian kemudian disebut sebagai Big is Beautiful
  • Para Era Super Industri atau Informasi (pasca AD 1960) rupanya pluralisme tidak membawa damai pada sub-sub kelompok, itulah sebabnya pada era pasca 1960 kita melihat bangunnya kecenderungan untuk kembali kepada kehidupan homogenitas ditengah-tengah heterogenitas yang tidak bisa ditolak. 
  • Homogenitas menjadi pegas pengaman kehidupan plural heterogenitas yang tidak tertahankan. Situasi kemasyarakatan dan budaya demikian dijuluki oleh Toffler sebagai Small in Big is Beautiful
  • Situasi pasca 1960 demikian jelas diuraikan oleh John Naisbitt dalam buku karyanya Megatrends 2000 3 dimana ditengah-tengah era informasi dan pluralisme timbul kembali kecenderungan bangkitnya kelompok-kelompok yang dipimpin pemimpin yang otoriter dan fundamentalistis, dan bangkitnya gerakan zaman baru
  •  Gerakan terakhir inilah yang pengaruhnya kuat menghasilkan budaya-budaya campuran yang bersifat sinkretistik. Apakah Sinkretisme itu? 


  • Sinkretisme disebut dalam kamus sebagai "penyatuan aliran" 4 sedangkan istilah ini dalam hal agama oleh Berkhof dan Enklaar disebut "Mencampuradukkan agama-agama ini disebut sinkretisme" 5
  • Josh McDowell dalam bukunya menyebut bahwa "Syncretistic" berarti "tending to reconcile different beliefs, as philosophy and religion". 6 Dari beberapa kutipan tersebut dapatlah dimengerti bahwa Sinkretisme dalam agama adalah usaha penyatuan dan pencampuradukkan berbagai-bagai faham agama dengan kecenderungan untuk mendamaikan faham-faham itu. 
Sinkretisme Dalam Sejarah Gereja
  • Sepanjang sejarah gereja, sejak dari awal berkembangnya kekristenan, sinkretisme antara Injil yang diberitakan gereja dan agama-agama lain memang sering terjadi, karena itu sebelum kita melihat hubungan antara keduanya, kita lihat terlebih dahulu apakah Injil itu? 
  • Injil yang diterjemahkan dari bahasa Yunani evangelion adalah "kabar baik" yaitu "kabar baik tentang Yesus Kristus" yang tentunya kita pelajari dari Alkitab sebagai Firman Tuhan. 
  • Rasul Paulus dalam suratnya mengatakan bahwa "...Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya..." penyatuan dan pencampur-adukkan jalan keselamatan dalam Yesus Kristus dengan jalan keselamatan yang diberitakan agama-agama atau faham-faham lain.
  • Kekristenan lahir dan berkembang dalam kekaisaran Romawi dimana digunakan bahasa Yunani Koine sehingga pengaruh budaya Graeco-Roman (Yunani-Romawi) tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan akan Injil, bahkan sekalipun Injil bisa didengar secara langsung dari mulut Yesus, pada masa Yesus hidup pun sinkretisme dengan tradisi turun temurun tidak terelakkan.
  • Tuhan Yesus berfirman: 
"Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." (Mar. 7:6-8). 
  • Memang sinkretisme dengan tradisi adalah yang paling umum terjadi bahkan semasa Yesus hidup pun, dan konsekuensinya disamping ajaran yang campur aduk, sering terjadi bahwa adat istiadat tradisi lebih diutamakan dari Injil Allah. 
  • Dalam Kisah Para Rasul kita melihat bahaya sinkretisme bisa kita lihat dalam pelayanan Filipus di Samaria. Filipus mengabarkan "Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus" (Kis. 8:12), tetapi seorang tukang sihir bernama Simon mengajarkan "Kuasa Besar" (Kis. 8:10) dan sekalipun ia telah mengaku percaya dan dibaptis ia masih berpandangan sinkretistik dimana konsepnya mengenai Injil masih dicampur adukkan dengan konsepnya mengenai Kuasa Besar. 
  • Halmana membuat marah Petrus dan Yohanes sehingga ia ditengking agar: 
"Bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan." (Kis. 8:22) 
  • Paulus dalam perjalanan Pemberitaan Injilnya sering menghadapi jerat-jerat sinkretisme seperti misalnya di Atena dimana ia menghadapi penyembah berhala dan golongan Epikuri yang bercirikan rasionalisme dan Stoa yang bercirikan mistisisme (Kis. 17:16-34), dan di Efesus ada godaan penyembahan dewi Artemis (Kis. 19:21-40). 
  • Tetapi Rasul Paulus dengan tegas memberitakan Injil yang benar dan "ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya" (Kis. 17:18), dan bahwa "Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia." (Kis. 17:24).
  • Sinkretisme dengan berhala-berhala Romawi dikritik Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma (1:18-32), bahkan dalam jemaat Korintus, Paulus menghadapi sinkretisme dengan Rasionalisme (1Kor. 1:18-2:5) tetapi tidak lepas adanya sinkretisme dengan tradisi penyembahan berhala (1Kor. 8).
  • Dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Paulus mengingatkan bahaya sinkretisme dengan adat istiadat Yahudi dan Tauratisme (Gal. 2-3). 
  • Dalam suratnya pada jemaat di Kolose, Rasul Paulus mengatakan:
"Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus." (Kol. 2:8)
  •  Menghadapi kecenderungan yang sinkretistik dengan faham-faham filsafat menurut ajaran tradisi dan roh-roh dunia itu, dengan tegas rasul Paulus mengingatkan jemaat di Kolose agar tetap berpegang kepada Kristus: 
"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kol. 2:6-7) 

  • Rasul Yohanes dalam kitab Wahyu menghadapi ketujuh sidang jemaat di Asia kecil yang berada dalam godaan sinkretisme dengan berbagai-bagai ajaran, tetapi ia selalu mengatakan agar umat Kristen "tidak meninggalkan kasih yang mula-mula ... agar setia sampai mati ... dan menang!" (Wah. 2-3). 
  • Pasca Perjanjian Baru, pada abad ke-II ketika Injil meluas dan diterima bangsa-bangsa yang termasuk Pax-Romanum (Romawi Raya), disamping godaan sinkretisme dengan kepercayaan akan berhala-berhala Romawi, godaan besar juga terjadi dengan adanya pengaruh-pengaruh agama timur yang sifatnya eksotis dan pantheistik (agama alam) yang berasal dari daerah jajahan sebelah timur Laut Tengah.
  • Orang-orang Romawi dan Yunani yang cenderung bersikap rasional khususnya pada abad-abad ke-I s/d III memperoleh tantangan sinkretisme agama yang bersifat mistis yang mengajarkan kelepasan yang dikejar dengan usaha pertarakan (askese)
  • Agama timur itu cenderung melakukan praktek 
"bertarak, menahan diri, mematikan hawa nafsu daging, dan dengan mengambil bagian dalam bermacam-macam tahbisan dan lain-lain upacara rahasia." 7


  • Agama demikian biasa disebut tergolong Pantheisme yang dualistis
  •  Begitu kuatnya agama timur itu sehingga Plato yang hidup 400 tahun sebelum Kristuspun terpengaruh pantheisme timur ini yang menggarami pandangan filsafatnya. 
  • Umat Kristen yang hidup dalam budaya Romawi dan Yunani tidak lepas dari godaan sinkretisme dengan faham-faham Pantehisme Timur itu pula, dan bagi orang Kristen yang terpelajar, pengaruh falsafah Platonis juga cukup banyak pengaruhnya pada mereka. 
  • Salah satu sinkretisme yang dualistik-pantheistik berusaha menggabungkan filsafat Barat dengan agama Timur adalah gnostik , yaitu ajaran tentang gnosis
  • Yang dimaksudkan dengan gnosis yang aslinya berarti pengetahuan, disini dimaksudkan sebagai "hikmat tinggi yang rahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan hidup manusia."
  • Ajaran gnostik ini cukup mempengaruhi gereja Kristen yang mula-mula, karena pada hemat mereka berita Injil terlalu sederhana. 
  •  Khususnya golongan terpelajar ingin mencari hikmat yang lebih dalam, lebih indah dan penuh rahasia. 
  • Oleh sebab itu mereka mulai menafsirkan Injil secara alegoris, dan dengan demikian mereka menukar kebodohan salib dengan hikmat dunia.
Gereja Katholik 
  • Pada abad ke-III keadaan gereja makin dipengaruhi kekafiran dan lebih-lebih ketika uskup Roma memproklamirkan dirinya sebagai Paus. 
  •  Sinkretisme aktip dilakukan oleh para Apologet yang berusaha untuk menyesuaikan Injil dengan semangat zaman. 
  • Logos dalam pengertian Yunani yang berarti "sesuatu yang bukan Allah dan bukan pula dari dunia, melainkan jabatan antara roh dan zat benda, bahkan dengan Logos itulah Allah menciptakan dunia ini", sekarang disamakan dengan Logos yang adalah Firman dalam Yohanes 1:1. 10 
  • Puncak dari sinkretisme dengan kekafiran itu terjadi pada awal abad ke-IV ketika Constantinus menjadi raja Roma dan dunia dikristenkan dengan akibat fatal bahwa kekristenan diduniakan.
  • Dihadiahkannya Basilika yang adalah gedung-gedung kehakiman Romawi dengan segala perlengkapannya termasuk patung-patung berhala dan mezbah kurban kafir kemudian disinkretisasikan ke dalam ibadat Katolik. 
  • Sinkretisme dengan tradisi kekafiran demikian menjalar dalam bentuk-bentuk seperti pertikaian tentang Logos dan perselisihan tentang kedua tabiat Kristus yang berlarut-larut.
  • Suasana sinkretisme demikian jelas terlihat pada kehidupan Agustinus yang terpengaruh Manicheisme , semacam gnostik Parsi yang bersifat asketik dan dualistis yang merupakan campuran dari berbagai-bagai pemikiran kafir. 
  • Kemudian ia terpengaruh filsafat Neo-Platonisme. Menarik sekali bahwa kemudian Agustinus bertobat dan kemudian masuk Kristen dan menjadi Uskup di Hippo, Afrika Utara. 
  • Pada tahun 1054 Gereja Orthodox Timur memisahkan diri dari gereja Barat (Roma Katolik) dan lebih terpengaruh oleh Mistisisme dan Praktek Askese agama-agama Timur. 
  • Memasuki keenam perang-perang salib (1095-1229), negara-negara Eropa yang umumnya menganut agama Katolik Roma kemudian mengalami sinkretisme dengan filsafat Aristoteles yang mereka jumpai terjemahan buku-bukunya di Arabia, itulah sebabnya kemudian rasionalisme makin menginjakkan kakinya di gereja Barat.  
Reformasi
  • Tepat seperti jawab Tuhan atas doa yang dikeluhkan oleh nabi Elia tentang kesendiriannya menghadapi nabi-nabi Baal di mana Tuhan berfirman bahwa "Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak sujud menyembah Baal." (Rom. 11:4), demikianlah selalu masih ada sisa kasih karunia Allah dalam diri orang-orang yang selalu ingin kembali kepada Injil yang Alkitabiah. 
  • Pada awal abad ke-XVI, Marthin Luther ingin mengembalikan kekristenan kepada Injil dan menolak buah-buah sinkretisme yang telah meracuni ibadat Kristen (dhi. Katolik Roma).
  • Mottonya yang terkenal adalah Sola Gratia, Sola Fidei, Sola Scriptura (Hanya oleh Anugerah, hanya oleh Iman, hanya oleh Alkitab) cukup ampuh untuk menghadirkan kekuatan kekristenan ketiga dalam bentuk ProtestantismeKatolik Roma dan Orthodox Timur
  •  Sekalipun kekristenan sudah direformasikan agar sesuai kembali dengan Injil Kristus, roh sinkretisme tetap menghantui kekristenan. 
  • Pada abad-abad ke-XVII - XIX nafas rasionalisme sebagai anak Humanisme Renaissance telah mempengaruhi banyak teolog Kristen dan menghasilkan aliran yang disebut sebagai penganut Liberalisme
  •  Kekristenan Alkitabiah banyak ditafsirkan dengan kacamata ilmu pengetahuan dan filsafat modern. 
  • Sinkretisme demikian menghasilkan kekristenan yang liberal yang cenderung menjadi lesu karena gairah Injil menjadi hambar, ini menimbulkan reaksi pada abad ke-XIX dalam bentuk gerakan Pekabaran Injil ke seluruh dunia dan bangkitnya Pentakostalisme
  • Tetapi, kembali pertemuan-pertemuan dengan tradisi dan budaya lokal di daerah penginjilan tidak luput menghasilkan ajaran yang sinkretistik seperti yang terjadi dalam penginjilan suku Batak oleh Nomensen dan di Indonesia Timur di mana praktek penyembahan nenek moyang semacam Opo-opo masih dicampurbaurkan dengan kekristenan oleh sebagain orang Kristen. 
  •  Di kalangan orang China kepercayaan tradisional China yang bersifat Pantheistic dan Mistik juga sering masih dipraktekkan.
  • Di kalangan penganut Pentakostalisme mula-mula di Azuza, Amerika Serikat, khususnya di kalangan keturunan Afrika, terjadi sinkretisme kekristenan dengan aliran-aliran spiritualisme dan okultisme Afrika yang mengakibatkan perpecahan orang-orang Pentakosta asal Afrika dengan yang berkulit Putih. 11 
  • Kembali menghadapi sinkretisme demikian ada sebagian umat Kristen yang ingin kembali kepada Injil Anugerah yang pada awal abad ke-XX dikenal sebagai Fundamentalisme.
Gerakan Zaman Baru
  • Roh sinkretisme agama, khususnya pencampuran ajaran Injil terjadi paling ramai pada era Informasi pasca tahun 1960 di mana kebangkitan agama-agama Timur yang bersifat Pantheistik dan Mistik seperti yang berasal dari India (Hinduisme dan Buddisme) dan China (Taoisme) telah ikut memasuki kepercayaan orang-orang Kristen. 
  • Pengaruh sinkretisme dengan apa yang dikenal sebagai Gerakan Zaman Baru (New Age Movement) itu begitu hebat memasuki semua aliran Kristen, sehingga dapat dikata tidak ada aliran Kristen yang bebas dari pengaruh-pengaruh orientalisme tersebut. 
  • John Naisbitt mengkhususkan salah satu Bab dalam bukunya untuk membahas gejala New Age Movement yang pengaruhnya menyebar pesat pada era Informasi ini. 
  • Ia menyebut New Age Movement mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 
"Most agree that the New Age has its roots in the human potential movement and that it has to do with a complex awareness - of the oneness of creation, the limitless potential of humanity, and the possibility of transforming the self and today's world into a better one ... many adopt East's belief in reincarnation ... there is a strong sense that humanity partakes of the devine." 12 \
  • Mirip dengan pengertian di atas, Russel Chandler dalam bukunya menyebut New Age sebagai: 
"New Age is a modern revival of ancient religious traditions, along with a postpourri of influences: Eastern mysticism, modern philosophy and psychology, science and science fiction, and the counter culture of the 50s and 60s." 13
  • Dari kedua uraian dalam kutipan di atas kita dapat melihat bahwa Gerakan Zaman Baru lebih kompleks, yaitu sifatnya yang pantheistik dan mistik itu prakteknya lebih luas lagi menjurus pada pengertian sinkretisme yang lebih lanjut dan bersifat global yang lebih dikenal sebagai Universalisme
  • Russel Chandler memberikan batasan arti Sinkretisme sebagai: 
"Fussion of different forms of belief of practice; the claim that all religions are one and share the same core teachings." 14
  • Dalam kekristenan pasca tahun 1960-an kita dapat melihat bahwa falsafah pantheisme dan mistisisme Timur ini setidaknya mempengaruhi kekristenan dalam dua bentuk sinkretisme, sinkretisme lama yang bersifat praktis dan sinkretisme baru yang bersifat filosofis. 
  • Sinkretisme praktis bisa kita lihat pada beberapa praktek penginjil khususnya yang berlatar belakang Pentakosta dan Kharismatik seperti yang disebutkan oleh Aritonang sudah terjadi pada awal berdirinya gerakan Pentakosta di mana kepercayaan spiritualisme dan okultisme Afrika merasuk ibadat pentakosta, yang mula-mula di Azusa di kalangan jemaat yang berasal dari Afrika: 
"Selama bertahun-tahun di Azusa Street ini hampir setiap hari diadakan kebangunan rohani. 

Dengan berbagai cara: berteriak, menangis, menari, kesurupan dan sebagainya, para pesertanya berupaya atau membuktikan bahwa mereka telah menerima Baptisan Roh dan karunia 'berbahasa lidah', di samping karunia-karunia lain (penyembuhan ilahi dan sebagainya)... 
Akan tetapi, tidak sedikit pula di antara pengunjung yang melihat segala yang terjadi itu secara kritis, terutama gejala-gejala dan ungkapan-ungkapan yang emosional dan ekstrem di dalamnya. Lalu diketahuilah bahwa di tengah-tengah massa itu hadir juga kaum spiritualis dan para penganut berbagai aliran kultik, yang memang sudah lama menjamur di sekitar kota itu. Juga sangat terasa pengaruh cara penghayatan dan pengungkapan iman khas Afrika yang sangat spontan dan meledak-ledak ... 
kaum hipnotis dan spiritualis yang berlatar belakang Afrika, yang telah mengambil alih penyelenggaraan kegiatan di sana." 15
  • Pengaruh sinkretisme praktis juga jelas dipraktekkan oleh penginjil-penginjil Korea seperti yang bisa dilihat dari kutipan berikut: 
"Banyak gereja Korea mengajarkan 'Injil Sukses' (prosperity gospel) yang sebenarnya merupakan pencampuran paham kekristenan dengan shamanisme (perdukunan) yang melihat pahala sebagai motivasi penyembahan kepada dewa dan yang merupakan paham tradisi nenek moyang Korea." 16
  • Demikian juga perhatikan kesaksian misionari Amerika yang melayani di Korea yang melihat gejala yang sama betapa sinkretisme juga terjadi di sana, ia mengatakan: 
"Jonggi Cho menganggap bahwa agama Kristen adalah napak ke arah kemakmuran materi, pandangan mana terpengaruh shamanisme Koream yang dalam prakteknya menjanjikan kesehatan dan sukses dagang. 

Dalam perdukunan di Korea, juga dipercaya adanya 'roh besar' di atas roh-roh lainnya yang tidak bisa dihubungi oleh para dukun / shaman; itulah sebabnya ketika para missionari mengabarkan mengenai 'Tuhan yang mahakuasa', orang Korea dengan mudah dapat menerimanya, tetapi dengan pengertian bahwa Tuhan orang Kristen dipercaya sama dengan roh / kuasa besar itu." 17
  • Sinkretisme praktis itu terlihat juga dalam praktek Pengurapan yang banyak dipraktekkan para penginjil yang termasuk ke dalam Word of Faith Movement, seperti ungkapan berikut: "Pengurapan adalah kuasa dan kehadiran Allah yang dinyatakan ... Ia percaya bahwa pengurapan itu bisa ditransfer. Ia berhati-hati untuk menjamah orang sembarangan itu. 'Itu bukan sekadar lambang - ada benar-benar transfer urapan' ... Bila engkau mengangkat tanganmu dengan Roh Tuhan, dan meletakkannya kepada kepala seseorang, hidup Tuhan di dalammu akan mengalir keluar darimu ke dalam mereka." 18
  • Bagi mereka yang mempelajari Gerakan Zaman Baru akan dengan mudah mengembangkan hal ini dengan praktek-praktek kebatinan seperti misalnya Penyembuhan dengan Prana, Silat-silat tenaga dalam seperti Merpati Putih, Satria Nusantara, dan Sin Lam Ba mempraktekkan kekuatan jamahan tangan yang sama. 
  • Pengaruh Gerakan Zaman Baru lainnya dalam bentuk Pengembangan Pribadi (Human Potential Movement) sudah masuk dalam pemikiran orang Kristen di mana tokoh-tokoh yang mengajarkan [url=http://sarapanpagi.6.forumer.com/viewtopic.php?p=1234#1234]Positive Thinking, Visualisasi[/color]dan Kata-kata Mantra dan Potensi Manusia Yang Tak Terhingga 19 disatupadukan dengan tokoh-tokoh Injil. 
  • Sinkretisme filosofis dan juga berbau mistis bisa kita lihat pada kecenderungan akhir-akhir ini di dalam gerakan Oikumene dan Inter-Faith dan khususnya pertemuan Oikumenis Re-Imagining yang digelar di Amerika Serikat yang bayang-bayangnya sudah menghinggapi beberapa teolog Indonesia. 
  • Beberapa contoh faham sinkretisme Universalisme dengan bisa dilihat di Gereja St. James di Piccadilly, London, yang sejak satu dasawarsa terakhir memperkenalkan apa yang disebut sebagai "Alternative Ministry" yang jelas berlandaskan kebatinan. 
  • Gereja ini pernah merayakan ulang tahun Buddha dengan menyetarakan Buddha dengan Kristus dan mengeluarkan selebaran yang berbunyi sebagai berikut: 
"Untuk banyak orang Gerakan Zaman Baru, Wesak (bulan purnama ketika matahari ada di rasi Taurus) adalah peristiwa rohani paling penting ... 

 Di Timur ini dirayakan sebagai hari kelahiran Buddha. 
Ada legenda yang menyebut bahwa pada bulan purnama Buddha dan Kristus bersama-sama dengan mahluk-mahluk bebas dan para orang suci meminta berkat besar tahunan untuk planet bumi. Kami akan merayakan Wesak dengan upacara meditasi antar agama di gereja. 
Kami mengundang semua orang dengan semua latar belakang budaya, agama dan sistem kepercayaan untuk bergabung dalam perayaan batin yang besar ini." 20
  •  Pada hari-hari biasa gereja itu mengadakan kelas-kelas latihan Tai Chi, meditasi Yoga dan Zen Buddhisme, dengan tarian suci dan meditasi pada bulan baru dan melakukan meditasi untuk kesembuhan planet bumi pada bulan purnama. 
  • Beberapa praktek lain termasuk kesembuhan kebatinan, meditasi, hikmat purba, misteri bumi, parapsikologi, futurisme, filsafat isoteris, dan konser musik Zaman Baru juga dilakukan. Pendeta yang sama juga mengaku mengajarkan "penyatuan diri dan mempercayai suara batin" melalui "kesadaran diri"
"Setiap orang membutuhkan bimbingan. Namun satu-satunya bimbingan yang benar datang dari dalam batin sendiri, yang tahu pelajaran dan tapak yang kita butuhkan." 21

  • Contoh lain yang terlihat mencolok adalah pertemuan oikumenis "Reimagining" yang diadakan bulan Nopember 1993 di Minneapolis, Amerika Serikat. 
  • Dari berita berikut kita dapat melihat ke mana larinya gerakan yang berlabelkan pertemuan Oikumenis itu mengarah.
  •  Berdasarkan teologia feminisme, para peserta seminar mencari agama-agama pantheistik dan kesesatan gnostik untuk membayangkan kembali (reimagine) tuhan dan jalan keselamatan yang baru. 
  • Para hadirin memberkati, bersyukur, dan memuja Sophia sebagai tuhan. 22
  • Pertemuan itu bukan cuma pembahasan teologis soal tuhan 'Sophia' tetapi bahkan melecehkan Tuhan Yesus dan Alkitab dan dalam pertemuan tersebut tuhan sophia dirayakan dengan perayaan patung binatang buas (beast). 
  • Beberapa pernyataan yang sarat mitos pantheisme keluar dari konperensi oikumenis tersebut adalah: 
"Saya pikir kita tidak membutuhkan orang-orang digantung di atas salib dan darah dicurahkan dan cerita penebusan yang mengerikan ... kalau kita tidak dapat membayangkan Yesus seperti pohon, sungai, dan hujan, kita akan mati bersama Perjamuan Kudus diadakan dalam pertemuan tersebut dengan pemimpin yang berkata 'Sophia, kami merayakan gizi susu dan madumu' dengan ajakan untuk hadir dalam 'meja perjamuan ciptaan.'"23


  • Dalam pertemuan yang sama Profesor Chung Hyun Kyung dari Korea mengajak peserta mengolah dan memanfaatkan energi ilahi menggunakan tehnik-tehnik Gerakan Zaman Baru.
  • Pertemuan itu menimbulkan kritik termasuk dari beberapa tokoh gereja-gereja yang tergolong bercorak ekumenis seperti gereja Presbyterian dan Methodist, dan menganggapnya sebagai sudah 'terlalu jauh' bergeser dari amanat yang harus dibawakan oleh gereja Tuhan. 
  • Prinsipnya sinkretisme yang terakhir ini sudah menjurus pada pembentukan agama baru Universalisme yang beranggapan bahwa semua tokoh-tokoh agama adalah para avatar yang sama-sama menjadi penghubung dengan dunia ilahi dan semua agama akan menuju pada satu agama yang menyembah tuhan yang Satu itu. 
  • Tuhan Yesus Kristus bukan lagi dianggap sebagai satu-satunya jalan tetapi hanya sebagai salah satu jalan saja, 
Penutup
  • Dari beberapa contoh di atas kita dapat melihat dengan jelas bahwa sepanjang sejarah gereja Sinkretisme selalu menyerang keyakinan Injil dan banyak orang terpengaruh Injil Sinkretis demikian. Menghadapi kenyataan demikian kita teringat akan perhatian Rasul Paulus
"Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus." (Gal. 1:6-7).
  •  Dibalik kenyataan sinkretisme yang telah menyerang tubuh Kristus itu, pemeliharaan Tuhan atas umat-Nya yang tetap setia tetap terjadi sehingga masih banyak orang yang tetap mempunyai keyakinan akan Injil dan setia kepadanya seperti apa yang diakui oleh Paulus: 
"Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: 'Orang benar akan hidup oleh iman.' (Roma 1:16-17). 
  • Demikian juga kita perlu mendengarkan nasihat Rasul Paulus demikian: 
"Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan" (Kol. 2:8,9).
  • Menghadapi kecenderungan yang sinkretistik dengan faham-faham filsafat menurut ajaran tradisi dan roh-roh dunia itu, dengan tegas Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Kolose dan sekarang juga tentu ada manfaatnya bagi kita agar kita tetap berpegang kepada Kristus: 
"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kol. 2:6-7)
Sumber:
Journal Pelita Zaman, Bandung.
Volume 11, No. 2. Nopember 1996, hal. 96-110
  
(sebelum AD-1700), kelompok-kelompok manusia hidup secara eksklusif dalam budaya agraris dengan peguyuban yang kuat yang cenderung menolak pengaruh dari luar. Situasi kemasyarakatan dan budaya demikian bisa disebut sebagai (Roma 1:16). Dari sini jelas bahwa yang dipersoalkan sebagai Injil dan sinkretisme adalah disamping dan secara berkala merayakan

Sinkretisme Sebagai Bentuk dan Ciri Islam Jawa dan Pusat Persebarannya


I. PENDAHULUAN


  • Salah satu sifat dari masyarakat Jawa adalah bahwa mereka religius dan bertuhan. Pada masa awal kedatangan Islam di Kepulauan Nusantara khususnya di Jawa, masyarakat telah menganut dan memiliki berbagai kepercayaan dan agama seperti animisme, dinamisme, Hindu, dan Budha. 
  • Pada masa itu kepercayan dan agama tersebuttelah melekat dan mendarah daging dalam kehidupan masyarakat.
  • Namun, dengan pengamatan selintas dapat diketahui dalam keberagamaan rata-rata masyarakat Jawa adalah nominalis, dalam arti bahwa mereka tidak bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ajaran agamanya. 
  • Karena kurangnya keseriusan dalam memahami dan mengamalkan agamanya, berakibat pada beberapa hal, yang antara lain mudahnya mereka untuk tergiur dalam mengadopsi kepercayaan, ritual, dan tradisi dari agama lain, terutama tradisi asli pra Hindu-Budha yang dianggap sesuai dengan alur pemikiran mereka, itulah salah satu dari beberapa penyebab adanya sinkretisme agama di Jawa.[1] 
  • Dalam makalah kami selanjutnya akan dibahas secara detail tentang sinkretisme tersebut.
II. RUMUSAN MASALAH
  • Dalam makalah ini kami akan mengambil beberapa rumusan masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1. Pengertian Sinkretisme
2. Munculnya Islam Sinkretik dalam Masyarakat Jawa
3. Praktek-praktek Sinkretisme dalam Masyarakat Jawa
4. Reaksi terhadap Usaha Sinkretisasi

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Sinkretisme

  • Secara etimologis, sinkretisme berasal dari kata syin dan kretiozein atau kerannynai, yang berarti mencampurkan elemen-elemen yang saling bertentangan. 
  • Adapun pengertiannya adalah suatu gerakan di bidang filsafat dan teologi untuk menghadirkan sikap kompromi pada hal yang agak berbeda dan bertentangan.
  • Simuh menambahkan bahwa sinkretisme dalam beragama adalah suatu sikap atau pandangan yang tidak mempersoalkan murni atau tidaknya suatu agama. 
  • Oleh karena itu, mereka berusaha memadukan unsur-unsur yang baik dari berbagai agama, yang tentu saja berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dijadikannya sebagai satu aliran, sekte, dan bahkan agama.[2]
  • Menurut Sumanto al-Qurtubi, “proses sinkretisme menjadi tak terelakkan ketika terjadi perjumpaan dua atau lebih kebudayaan/tradisi yang berlainan”[3]
  • Dalam menerangkan keberagaman masyarakat Jawa, kuncaraningrat membagi mereka menjadi dua, yaitu agama Islam Jawa dan agama Islam Santri. 
  • Yang pertama kurang taat kepada syariat dan bersikap sinkretis yang menyatukan unsur-unsur pra-Hindu, Hindu, dan Islam, sedangkan yang kedua lebih taat dalam menjalankan ajaran agama Islam dan bersifat puritan.
  • Namun demikian, meski tidak sekental pengikut agama Islam Jawa dalam keberagamaan, para pemeluk Islam santri juga masih terpengaruh oleh animisme, dinamisme, dan Hindu-Budha.[4]
B. Munculnya Islam Sinkretik dalam Masyarakat Jawa[5]
  • Ketika Islam masuk ke pulau Jawa ada dua hal yang perlu dicatat. Pertama, pada waktu itu hampir secara keseluruhan dunia Islam dalam keadaan mundur. 
  • Dalam bidang politik, antara lain ditandai dengan jatuhnya Dinasti Abbasiyah oleh serangan Mongol pada 1258M, dan tersingkirnya Dinasti Al Ahmar di Andalusia (Spanyol) oleh gabungan tentara Aragon dan Castella pada 1492M. 
  • Di bidang pemikiran. kalau pada masa-masa sebelumnya telah muncul ulama-ulama besar di bidang hukum, teologi, filsafat, tasauf, dan sains, pada masa-masa ini pemikiran-pemikiran tersebut telah mengalami stagnasi. 
  • Pada masa ini telah semakin berkembang pendapat bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan kelompok-kelompok tarekat sesat semakin berkembang di kalangan umat Islm.
  • ke-2, sebelum kedatangan Islam di Jawa, agama Hindu, Budha, dan kepercayaan asliyang berdasarkan animisme dan dinamisme telah beruratakar di kalangan masyarakat Jawa. 
  • Oleh karena itu, dengan datangnya Islam terjadi pergumulan antara Islam di satu pihak, dengan kepercayaan-kepercayaan yang ada sebelumnya di pihak lain. 
  •  Akibatnya, muncul dua kelompok dalam menerima Islam. Pertama, yang menerima Islam secara total dengan tanpa mengingat pada kepercayaan-kepercayaan lama. 
  • Dan Kedua, adalah mereka yang menerima Islam, tetapi belum dapat menerima ajaran lama. 
  • Oleh karena itu, mereka mencampuradukan antara kebudayaan dan ajaran Islam dengan kepercayaan-kepercayaan lama.
  • Sebagaimana telah disebutkan di atas, Islam yang berkembang di Indonesia mula-mula adalah Islam shufi (mistik), yang salah satu ciri khasnya adalah sifatnya yang toleran dan akomodatif terhadap kebudayaan dan kepercayaan setempat, yang dibiarkannya eksissebagaimana semula, hanya saja kemudian diwarnai dan diisi dengan ajaran Islam.
  • Sikap toleran dan akomodatif terhadap kepercayaan dan kebudayaan setempat, di satu sisi memang dianggap membawa dampak negatif, yaitu sinkretisasi dan pencampuadukkan antara Islam di satu sisi dengan kepercayaan-kepercayaan lama di pihak lain, sehingga sulit dibedakan mana yang benar-benar ajaran Islam dan mana yang berasal dari tradisi. 
  • Namun aspek positifnya, ajaran yang disinkretisasi tersebut telah menjadi jembatan yang memudahkan bagi masyarakat Jawa untuk menerima Islam sebagai agama mereka yang baru.
  • Dan sebaliknya, ajaran tersebut telah memudahkan pihak Islam pesantren untuk mengenal dan memahami pemikiran budaya Jawa.
C. Praktek-praktek Sinkretisme dalam Masyarakat Jawa[6]
  • Untuk lebih mengkongkritkan pengertian dan pemahaman tentang masalah sinkretisme, berikut ini dinukilkan beberapa contoh :
  1. Penggabungan antara Dua Agama/Aliran atau Lebih
  • Menggabungkan dua agama atau lebih dimaksudkan untuk membentuk suatu aliran baru, yang basanya merupakan sinkretisasi antara kepercayan (lokal Jawa) dengan ajaran agama Islam dan agama lainnya.
  • Sebagai contoh dari langkah ini adalah ajaran Ilmu Sejati yang diciptakan oleh Raden Sujono alias Prawirosudarso, yang berasal dari Madiun. 
  • Menurut pengakuannya, ajaran Ilmu Sejati diasaskan pada kesucian yang dihimpun dari ajaran Islam, Kristen, dan Budha.
b. Dalam Masalah Kepercayaan
  1. Konsep mengenai Kosmogoni dan Kosmologi
  • Dalam masyarakat Jawa telah beredar mite tentang penciptaan alam dan manusia. 
  • Walupun mite-mite tersebut berbeda, tetapi di dalamnya terdapat satu persaman, semuanya menyebutkan Adam sebagai manusia dan nabi pertama.
  • Salah satu mite menyebutkan bahwa Brahma adalah pencipta bumi, sedangkan Wisnu adalah pencipa manusia. 
  • Setelah berhasil menciptakan bumi, Brahma berusaha menciptakan manusia. 
  • Namun, setelah berusaha tiga kali dan gagal, ia menyuruh Wisnu untuk meneruskan usahanya yang gagal.
  • Setelah manusia dan nabi pertama tercipta, sadarlah Wisnu bahwa seorang manusia Adam saja belum memadai untuk mengisi dunia ini. 
  • Kemudian terpikirlah oleh Wisnu untuk mencarikan Adam seorang teman, oleh karena itu, ketika Wisnu melihat setangkai teratai di atas kolam, maka ia meminta untuk menjelma menjadi seorang perempuan sebagai teman adam, kemudian menjelmalah ia menjadi perempuan cantik yang diberi nama Kana (Hawa).
  • Dari uraian di atas terlihat bahwa mite ini berusaha untuk mengkompromoikan ajaran Islam dengan penyebutan Adam dan Hawa, dan ajaran Hindu dengan menyebut nama Brahma dan Wisnu dalam penciptaan alam dan manusia.
2. Silsilah Raja-raja Mataram
  • Dalam Rangka menambah wibawa dan legitimasi raja-raja Mataram yang berasal dari orang biasa (Ki Ageng Pemanahan), dibuatlah silsilah politik untuk menunjukkan bahwa dari garis ibu mereka adalah keturunan para wali yang berujung pada Nabi Muhammad (silsilah penengen), dan dari garis bapak mereka berasal dari keturunan para dewa sekaligus Nabi Adam (silsilah pengiwa).
  • Tulisan di atas menunjukkan sinkretisasi antara ajaran Islam dan Hindu, dengan mengaitkan bahwa manusia adalah keturunan para dewa. 
  • Namun ternyata para dewa juga masih keturunan manusia juga, yaitu Adam dan Sis.
c. Bidang Ritual
  1. Upacara Midodareni
  • Bagi masyarakat tradisional, pergantian waktu dan perubahan fase kehidupan adalah saat-saat genting yang perlu dicermati dan diwaspadai. 
  • Untuk itu mereka mengadakan upacara peralihan yang berupa slametan, makan bersama (kenduri), prosesi dengan benda-benda keramat dan sebagaimya. 
  • Begitu pula sebelum Islam datang, di kalangan masyarakat Jawa sudah terdapat ritual-ritual keagamaan. Hal ini diwujudkan dalam bentuk slametan yang berkait dengan siklus kehidupan, seperti kelahiran, kematian, membangun dan pindah rumah, menanam dan memanen padi, serta penghormatan terhadap roh para leluhur dan roh halus. 
  • Ketika Islam datang ritual-ritual ini tetap dilanjutkan, hanya isinya diubah dengan unsur-unsur dari ajaran Islam. Maka terjadilah islamisasi Jawaisme (keyakinan dan budaya Jawa).
  • Upacara Midodareni misalnya, adalah suatu ritual yang dilangsungkan pada malam hari menjelang hari perkawinan.
  • Ritual ini dimaksudkan sebagai usaha keluarga pengantin untuk mendekati para bidadari dan roh halus supaya melindungi kedua calon pengantin dari mara bahaya yang menganggu jalannya perkawinan dan hari-hari sesudahnya. 
  • Dikalangan muslim yang taat dalam beragama, ritual ini diisi dengan pembacaam Barzanji, kalimat toyyibah, dan tahlil.
2. Upacara Barokahan dan Sepasaran
  • Dalam Islam, ketika seorang bayi lahir, ayah ibunya disyariatkan untuk melaksanakan aqiqah, dengan menyembelih seekor kambing kalau yang dilahirkan perempuan, dan duaekor kambing kalau yang dilahirkan laki-laki. 
  • Namun kenyataan menunjukkan masyarakat muslim Jawa tidak melaksanakan perintah ini. Sebagai gantinya mereka mengadakan upacara barokahan (diadakan setelah bayi lahir ke dunia ni dengan selamat) dan sepasaran (ketika bayi berusia lima hari), dengan harapan dan doa, agar anak yang dilahirkan tersebut akan menjadi orang linuwih di kemudian hari.
d. Dalam Doa dan Mantera
  • salah satu jasa Sunan Makhdum Ibrahim, yang dikenal sebagai Sunan Bonang, dalam menyebarkan Islam di Jawa adalah mengganti nama-nama dewa-dewa yang terdapat dalam mantera-mantera dan doa dengan nama nabi, malaikat, dan tokoh-tokoh terkenal di dalam Islam. 
  • Dengan cara ini diharapkan masyarakat berpaling dari memuja dewa-dewa dengan menggantinya dengan tokoh-tokoh yang berasal dari dunia Islam.
e. menggabungkan Agama dengan Budaya Lokal
  • yang dimaksud dengan menggabungkan Islam dengan budaya lokal dalam konteks ini adalah melaksanakan syariat Islam dengan kemasan budaya Jawa. 
  •  Berbakti kepada kedua orang tua adalah wajib. 
  • Dalam melaksanakan syariat ini masyarakat Jawa biasanya menggunakan media sungkem.
D. Reaksi terhadap Usaha Sinkretisasi[7]
  • Dalam mengahadapi sinkretisasi ajaran-ajaran Islam dengan tradisi Jawa pra-Islam, paling tidak telah muncul tiga pendapat.
  • Di kalangan masyarakat Jawa terdapat orang-orang muslim taat, yang kalu ditanya tentang landasan dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam, mereka menjawab landasanya adalah al-Quran dan as-Sunnah. 
  • Namun meskipun mereka mempunyai landasan yang sama, implementasi gagasan ini di lapangan berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
  • Kelompok pertama adalah yang berusaha untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik dan bersikap hati-hati dalam menyikapi tradisi dan budaya lokal, terutama yang dianggapnya berbau takhayul, khurafat, dan syirik.
  • bagi yang menerima pendapat ini, al-Quran dan as-Sunnah sudah mengatur peri kehidupan serta semua tata cara ritual dan kepercayaan untuk semua pemeluk agama Islam. 
  • Oleh karena itu bagi mereka, ritual dan kepercayaan yang tidak diajarkan didalm keduanya tidak perlu, dan bahkan haram dikerjakan.
  • Kelompok kedua adalah kelompok moderat. Orang-orang yang berada dalam kelompok ini beranggapan bahwa dalam berdakwah, seorang dai atau mubaligh harus menggunakan al-hikam (cara-cara yang bijak). 
  • Oleh karena itu, dalam menghadapi masyarakat Jawa yang sudah kadung mbalung sungsum dengan tradisi dan adat istiadat lama, tidak boleh digunakan cara-cara radikal yang justru akan menjauhkan para mubaligh dari objek dakwah. 
  • Upacara slametan yang berkaitan dengan siklus kehidupan yang tidak ada tuntunannya di dalam al-quran dan as-sunnah tidak dilarang, tetapi dibiarkannya tetap berlangsung dengan dimodifikasi dan memasukkan unsur-unsur Islam ke dalamnya.
  • Kelompok yang ketiga adalah mereka yang dapat menerima sinkretisme secara keseluruhan. 
  • Yang menerima pemikiran ini, pertama, adalah mereka yang mengikuti langkah Empu Tantular dalam menghadapi perbedaan ajaran agama yang satu dengan yang lain. 
  • Keyakinan mereka menyebutkan bahwa semua agama beresensi sama, mereka beranggapan bahwa tidak ada salahnya apabila pemeluk salah satu agama mengambil tata cara ritual dan kepercayaan agama lain dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhannya. 
  • Dan yang kedua, adalah mereka yang kurang mendalam pengetahuannya tentang Islam, sehingga tidak dapat membedakan antara ajaran agama Islam yang sebenarnya dengan tradisi lokal yang sudah bercampur menjadi satu sehingga sulit dipilah-pilahkan antara keduanya.
IV. KESIMPULAN
  • Sinkretisme Islam di Jawa lebih disebabkan, karena masyarakat Jawa sendiri yang sulit meninggalkan tradisi-tradisi dan budaya lokal. Oleh sebab itu, terjadilah percampuran/penggabungan antara proses atau ritual keagamaan yang dikemas dalam tradisi lokal masyarakat Jawa.
  • Dalam menanggapi sinkretisme masyarakat Jawa terbagi menjadi tiga golongan, 
  • pertama, golongan yang berusaha untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik dan bersikap hati-hati dalam menyikapi tradisi dan budaya lokal, terutama yang dianggapnya berbau takhayul, khurafat, dan syirik. 
  • Kedua, golongan moderat. 
  • Dan yang ketiga, golongan yang dapat menerima sinkretisme secara keseluruhan.
V. PENUTUP
  • Demikianlan makalah ini kami buat, tentunya dengan segala kekurangannya, kami minta saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sekalian, demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

M. Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, Gama Media, Yogyakarta, 2000.
Sumanto Al-Qurtubi, Arus Cina-Islam-Jawa “Bongkar Sejarah Atas Peranan Thionghoa dalam Penyebaran Islam di Nusantara Abad XV & XVI”, Inspeal Ahimsakarya Press, Jogjakarta, 2003.
Ibtihadj Musyarof, Islam Jawa, Cet I, Tugu Publisher, Jogjakart, 2006.




* Penulis adalah seorang arsitek lulusan ITB, alumnus Institut Injili Indonesia (Batu), Seminari Alkitab Asia Tenggara (Malang) dan Princeton Theological Seminary. Sekarang beliau adalah ketua Yayasan Bina Awam. 


------------------------------------------ 
Alvin Toffler menuliskan gagasan ini dalam ketiga buku triloginya berjudul Future Shock (1970), The Third Wave (1980), dan Powershift (1990). 

Ferdinand Tonnies mengembangkan pemikiran ini dalam bukunya berjudul Gemeinshaft und Gesselshaft(Community & Society). 

3 Khususnya buku Megatrends 2000, Bab-9 yang berjudul Religious Revival of the Third Millenium. 

4 John M. Echols dan Hassan Shadilly, Kamus Inggeris Indonesia, hal. 575 

5 H. Berkhof dan I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, cet. 4, 1967, hal. 11. 

6 Josh McDowell dan Don Stewart, Handbook of Today's Religions, cet. 8, 1989, hal. 562. 

7 Berkhof dan Enklaar, Sejarah Gereja, BPK, cet. 4, 1967, hal. 10-11 

8 ibid, hal. 27 

9 Bandingkan tulisan Paulus kepada jemaat Korintus dalam 1Kor. 1:25-28 

10 Lihat uraian lebih lanjut dalam Berkhof, op cit, hal. 47. 

11 Lihat uraian Aritonang dalam bukunya Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar Gereja, BPK, 1995, hal. 177. 

12 John Naisbitt & Praticia Aburdene, Megatrends 2000, William Morrow & Coy, New York, 1990, hal. 280-281. Baca juga hal. 280-287. 

13 Russel Chandler, Understanding the New Age, World Publishing, 1989, hal. 43 

14 ibid, hal. 358, arti dari kata Synchretism. 

15 Aritonang: Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, hal. 177. 

16 Christianity Today, November 20, 1987. Diterjemahkan oleh penulis. 

17 David Susan, Wall Street Journal, May 12, 1983. Diterjemahkan oleh penulis. 

18 Ucapan Rodney Howard-Browne dalam The Touch of God yang diulas dalam Dave Roberts: The Toronto Blessing, hal. 91 dan 95. Diterjemahkan oleh penulis. 

19 Ajaran Abaraham Maslow mengenai potensi yang tak terhingga dalam diri manusia yang dipopulerkan misalnya oleh Napolen Hill, Zig Ziglar, Myron Rush, Norman Vincent Peale, dan Robert Schuller. Di sini termasuk yang diajarkan dalam kursus pengembangan pribadi semacam Dale Carnegie Course. 

20 Clifford Hill, Enter The Apostate Church, Prophecy Today, Vol. 5 No. 3, May / June 1989, hal. 4. Diterjemahkan oleh penulis. 

21 ibid. 

22 Fallout Escalates Over 'Goddess' Sophia Worship dalam Christianity Today, April 4, 1994, hal. 74. 

23 ibid.

Tidak ada komentar: